NATIONAL & GRAND FINAL JUDGES

SAYED MUHAMMAD
SAYED MUHAMMAD
Co-Founder & CEO USS Network

Sayed mengenyam pendidikan di Prasetiya Mulya Business School, Magister Manajemen Program dan University of Indonesia, Economic Program. Sebelum mendirikan USS Networks, Sayed pernah bekerja kantoran di beberapa perusahaan sebagai Research Executive di Taylor Nelson Sofres, Web & Product Development Manager di bisnis Sekuritas ternama di Indonesia dan menjadi Business Unit Director di Fortune Indonesia Tbk. Pada 2011 Sayed mulai merintis bisnisnya dengan membangun Local.co.id. Lalu pada 2016 Sayed membangun USS Network untuk menjadi sebuah grup holding Brand Agregator yang mengelola 15 IP (intellectual property). Beberapa merek kini yang dipegang diantaranya Urban Sneaker Society, USS Feed, Outbrake, Creativox, Menjadi Manusia, dan Sonderlab.

JEFFRY JOUW
JEFFRY JOUW
Co-Founder & CMO USS Network

Seorang serial entrepreneur yang lahir pada tahun 1988, lulusan Edmonds Community College, University of Maryland Global Campus. Jejouw sukses membangun IP business mulai dari Urban Sneaker Society, USS Feeds, hingga membangun bisnis jual beli sepatu KickAvenue. Dimana pada awal berdirinya KickAvenue hanya menjual sepatu second miliknya hingga kini menjual sneakers yang rilis dari brand-brand besar.
Jiwa bisnis dan permainan saham dari Jejouw ternyata sudah bisa dilihat sejak usianya masih remaja yakni SMA. Kini ia terus melebarkan sayap bisnisnya dengan membuat Karafuru, NFT lokal yang paling hype sampai bisa berkolaborasi dengan brand luar seperti Atmos dan Hypebeast, juga tercatat Finfolk Money mencapai transaksi hingga 1 Triliun Rupiah.

SAMMY BRAMANTYO
SAMMY BRAMANTYO
Co-Founder LAWLESS JAKARTA

Setelah bergabung dengan band Seringai pada 2003 lalu sebagai bassist, kini Sammy Bramantyo merambah ke dunia bisnis F&B. Sammy pertama kali mencoba berbisnis secara serius di usia yang cukup muda, yaitu 23 tahun. Pada tahun 2005, ia menggarap usaha bakery. Saat ini, usaha yang aktif dijalankan Sammy adalah Lawless Jakarta Group. Di dalamnya ada lini apparel & music merchandise store, restoran, bar, frozen food, bengkel, label rekaman independen, hingga motorcycle event organiser. Bisa dibilang, Lawless adalah kombinasi hal-hal yang menjadi passion Sammy. Dengan konsep 'Rock n roll burger joint and bar' Lawless menjadi Burger bar yang sangat unik karena menyilangkan konsep Musik Rock dan Metal sebagai style branding mereka, dengan makanan burger cepat saji.

NADIA AMALIA
NADIA AMALIA
Co-Founder & CEO SRIBUU

Nadia Amalia, adalah lulusan dari Master of Finance, MIT, yang menjadi co-founder dari Sribuu, sebuah platform keuangan berbasis AI yang membantu pengguna untuk mengatur, keuangan mereka secara otomatis dari bank dan dompet elektronik dan pernah mengikuti program akselerator Y Combinator pada musim Winter 2022. Ia juga telah diakui oleh majalah Forbes sebagai salah satu dari 30 orang di bawah usia 30 tahun (30 under 30) yang paling berpengaruh di Asia pada tahun 2022.

VIDI NURHADI
VIDI NURHADI
Co-Founder MATERNAL DISASTER

Maternal disaster malang melintang di scene underground musik di Bandung selama kurun waktu 2 dekade lamanya. Sepak terjang di scene musik Bandung punya peran yang cukup penting dengan rilis karya para musisi di bawah label disaster records.
Vidi Nurhadi adalah sosok di balik kiprah sukses Maternal Disaster yang punya roots community based yang kuat, dimana gak cuma erat kaitannya dengan scene musik underground di Bandung, tapi juga banyak kolaborasi bareng teman-teman visual artist hingga fotografer.

REGIONAL JUDGES

ZAKY GUFRON
ZAKY GUFRON
CEO HIJACK SANDALS

Setelah lulus dari Universitas Widyatama, jurusan Manajemen Bisnis, Zaky Gufron tidak bekerja dimanapun sebelum mendirikan Hijack Sandals di 2010. Ketertarikanya memakai sandal menginspirasinya untuk membuat produknya sendiri. Pada awalnya, dia menyebut modal awalnya memulai bisnis hanya Rp 5 juta. Setelah percaya diri ia kemudian mengajukan pinjaman ke bank untuk mengembangkan bisnis. Tahun 2013 pinjam uang ke Bank mengambil kredit usaha Rp 50 juta. Omzet Hijack saat ini mencapai Rp 500 juta sampai Rp 700 juta per bulan, bahkan bisa menyentuh angka Rp 1 miliar per bulan di waktu-waktu tertentu. Saat ini produknya sudah menembus pasar global yaitu Singapura dan 2023 ini sudah membuka store di PARCO, Shibuya, Jepang.

ISSER WHITEY JAMES
ISSER WHITEY JAMES
CEO BADASS MONKEY

Seorang sneakerhead yang berangkat dari seorang freestyler Streetball tahun 2004 hingga 2012 lalu. Sejak saat itu dirinya dikenal dekat dengan dunia Fesyen dan kini Isser dikenal sebagai creative peson di dunia fesyen. Salah satu project yang dikenal 1000 sepatu, dimana dirinya berperan menjadi desainer sepatu yang dibagikan secara gratis itu. Berkat project “Alas Tempuh” beberapa produsen sepatu lokal memberikan puluhan ribu sepatu gratis bahkan mencapai 500.000 pasang sepatu. Kini Isser James memiliki store Badass Monkey yang menjual barang-barang high fashion mulai dari BAPE, Supreme hingga deretan sepatu Balenciaga.

RIZKY SETYO
RIZKY SETYO
CEO KATTOEN

Rizky Setyo adalah fashionpreneur asal Malang, Jawa Timur yang penjualanya pernah menembus omset 5 milyar. Saat ini Oki sapaan Rizky, tengah memasarkan produknya via Tiktok, dan mampu menambah peningkatan profitnya hingga 50%. Kattoen sendiri sudah merambah bisnis online sejak 2018, kala itu Kattoen menggunakan website official untuk menjadi platform berjualan online-nya.
Kattoen memulai bisnisnya dengan tujuan agar orang lain bisa membuat brand dengan lebih mudah. Mereka memilih kaos polos sebagai produk utamanya.

HENDI AVANDA
HENDI AVANDA
CEO PANDA SEAWEED

Meskipun bisnisnya terbilang sukses dirinya bukan terlahir dari keluarga konglomerat, ia terlahir dari keluarga sederhana dimana masa kecilnya Hendi hidup bersama neneknya sementara ibunya harus menjadi TKI.
Seorang pebisnis muda yang sukses mengolah rumput laut menjadi camilan Panda Food. Berawal dari produksi skala rumahan pada tahun 2019 dengan karyawan yang hanya belasan orang, pada tahun 2020 permintaan pasar tiba-tiba membludak dan mengharuskan Hendi Avanda membuka pabrik yang lebih besar dan mengharuskan dirinya mempekerjakan 300 karyawan dengan produksi mencapai 70.000-80.000 bungkus